Minggu, 08 Januari 2012

Refleksi kelompok 9,11 dan 12

Kelompok 9
Presentasi kelompok 9,10,11 dan 12 ini dilakukan pada hari yang sama dan ditempat yang sama juga. Tempat untuk perkuliahan kali ini sangat tidak nyaman sekali karena terlalu sempit dengan kursi yang tidek memadai. Akhirnya banyak mahasiswa yang kurang antusias dalam diskusi ini termasuk saya. Karena saya tidak mendapat temap duduk jadi saya lesehan. Kelompok ini membahas tentang Ekosistem, dimana ekosistem tersebut terdiri dari sistem tertutup dan terbuka.Ekosistem tediri dari komponen abioti dan biotik, mereka mengatakan, apabila salah satu komponen terganggu, maka komponen lainnya secara cepat atau lambat akan terpengaruh juga. Kelompok ini tampil dengan baik dan memuaskan bagi saya, hanya saja suasana tidak mendukung dengan baik.




Kelompok 11
Pada saat presentasi kelompok (Ekosistem Aquatik) ini dilakukan oleh Ilmin, Pranoto, Dina dan Dika, saya mulai jenuh dengan suasana yang ada diruangan tersebut, karena terasa pengap dan tidak nyaman.. Saya hanya bisa menangkap materi bahwa ekosistem aquatik mencangkup hutan pantai, rawa, mangrove, ekosistem air tawar, ekosistem pantai, estuaria, terumbu karang, ekosistem laut, dan bentos. Tetapi saya sangat suka dengan tampilan PPT yang disajikan. Saat itu hendi bertanya daerah-daerah manakah di Indonesia yang memiliki hutan mangrove? Pemateri menjawab bahwa kelompok ini ada daerah Malang terutama di pantai Sendang Biru, di daerah Madura dan Banyuwangi.


Kemudian kelompok 12
Mereka mempresentasikan materi yang berjudul Suksesi yang mereka mengatakan bahwa suksesi ada 2 yaitu suksesi ekologis dan suksesi tumbuhan.Suksesi juga memiliki beberapa jenis yaitu suksesi primer, suksesi sekunder, suksesi autogenik, suksesi aliogenik, suksesi autotropik, dan suksesi heterotropik. Sedangkan tahapan suksesi terdiri dari kolonisasi, modifikasi tempat, dan peningkatan variabilitas ruang. Dalam suksesi ini juga ada istilah sere yaitu urutan komunitas yang mengisi daerah yang sedang berkembang. Presentasi kelompok ini maupun kelompok 9 dan 11 terasa tidak nyaman sekali... semoga lain waktu tidak terjadi hal seperti itu lagi.

Refleksi kelompok 7 dan 8

Kelompok 7
Kelompok ini menjelaskan tentang Komunitas tumbuhan dan vegetasi. Mereka mengatakan bahwa konsep dasar dari vegetasi 9ini adalah formasi, asosiasi dan ekoton..
Saya sangat tertarik dalam menyaksikan vidio yang mereka tayangkan tentang bagaimana usaha seekor predator dalam menangkap mangsa...Mereka terlihat sudah siap dengan materi yang mereka kuasai...
Saat itu ada audience yang bertanya pada pemateri, maksud dari interaksi erat dan tidak erat itu bagaimana?
Saat itu pematari menjawab bahwa interaksi yang erat itu jika terjadi, maka akan menjadikan ekosistem berjalan seimbang,, tapi jika interaksi yang terjadi tidak erat maka akan dapat merugikan karena akan terjadi ketidakseimbangan... Mereka mengatakan bahwa dihutan, yang mendominasi adalah pepohonan baik yang sudah tua ataupun pepohonan yang termasuk dalam pohon masa mendatang...




Kelompok 8
Kelompok 8 ini menjelaskan tentang Metode analisis vegetasi, yaitu suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan. Presentasi ini dilakukan di lab biologi universita muhammadiyah malang dikarenakan saat itu tidak ada ruangan karena kami mengadakan perkuliahan diluar jam yang terjadwal... Tetapi saya lebih merasa nyaman di ruangan ini dari pada diruang biasanya.. Sehingga saya dalam mengikuti diskusi juga bisa serius. Saat presentasi kelompok ini, ada 3 pertanyaan dari audience. Penanya pertama adalah mbak susan aminah. Dia bertanya pada gambar yang di tampilkan kelompok ini termasuk dalam metode apa? kemudian pemateri mengatakan bahwa metode yang digunakan adalah metode florestika. Yang kedua yaitu pertanyaan dari mbak prieska, apa perbedaan dari hutan primer dan sekunder. Jabannya yaitu hutan primer adalah hutan yang mencapai usia lanjut sedangkan hutan sekunder adalah hutan yang sudah ditebang tumbuh lagi dan terlihat pendek. Pertanyaan ketiga dari mbak fitri, Metode yang praktis digunakan itu metode apa? jawabannya adalah metode garis karena dalam metode garis dapat dikembangkan menjadi beberapa metode.

Selasa, 20 Desember 2011

Tanaman Kelor Sebagai Obat


Tanaman Kelor

Tanaman kelor telah digunakan oleh nenek moyang kita sebagai tanaman untuk sayur, obat atau sebagai lalapan. Tanaman ini adalah tanaman yang toleran terhadap musim kemarau yang panjang, dan bertahan hidup dengan merontokkan daunnya pada saat kemarau. Kelor termasuk jenis tumbuhan perdu yang dapat memiliki ketingginan batang 5 -11 meter. Pohon Kelor tidak terlalu besar, batang kayunya mudah patah dan cabangnya agak jarang tetapi mempunyai akar yang kuat. Daunnya berbentuk bulat telur (oval) dengan ukuran kecil-kecil bersusun majemuk dalam satu tangkai.

Deskripsi
 Kelor (Moringa oleifera) tumbuh dalam bentuk pohon, berumur panjang (perenial) dengan tinggi 7 - 12 m. Batang berkayu (lignosus), tegak, berwarna putih kotor, kulit tipis, permukaan kasar. Percabangan simpodial, arah cabang tegak atau miring, cenderung tumbuh lurus dan memanjang. Daun majemuk, bertangkai panjang, tersusun berseling (alternate), beranak daun gasal (imparipinnatus), helai daun saat muda berwarna hijau muda - setelah dewasa hijau tua, bentuk helai daun bulat telur, panjang 1 - 2 cm, lebar 1 - 2 cm, tipis lemas, ujung dan pangkal tumpul (obtusus), tepi rata, susunan pertulangan menyirip (pinnate), permukaan atas dan bawah halus. Bunga muncul di ketiak daun (axillaris), bertangkai panjang, kelopak berwarna putih agak krem, menebar aroma khas. Buah kelor berbentuk panjang bersegi tiga, panjang 20 - 60 cm, buah muda berwarna hijau - setelah tua menjadi cokelat, bentuk biji bulat - berwarna coklat kehitaman, berbuah setelah berumur 12 - 18 bulan. Akar tunggang, berwarna putih, membesar seperti lobak. Perbanyakan bisa secara generatif (biji) maupun vegetatif (stek batang). Tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi sampai di ketinggian ± 1000 m dpl, banyak ditanam sebagai tapal batas atau pagar di halaman rumah atau ladang.
Kelor dapat berkembang biak dengan baik pada daerah yang mempunyai ketinggian tanah 300-500 meter di atas permukaan laut. Bunganya berwarna putih kekuning kuningan dan tudung pelepah bunganya berwarna hijau. Bunga kelor keluar sepanjang tahun dengan aroma bau semerbak. Buah kelor berbentuk segi tiga memanjang yang disebut klentang (Jawa). Sedang getahnya yang telah berubah warna menjadi coklat disebut blendok (Jawa). Pengembangbiakannya dapat dengan cara stek dan biji. Pemeliharaan tanaman ini mudah, seperti tanaman lain membutuhkan cukup air dengan penyiraman atau menjaga kelembaban tanah dan pemupukan terutama pupuk dasar. Tanaman ini menghendaki tempat yang cukup dengan sinar matahari.

Klasifikasi kelor
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Dilleniidae
Ordo: Capparales
Famili: Moringaceae
Genus: Moringa
Spesies: Moringa oleifera Lam
Kandungan Kelor
Telah diteliti kandungan kimia daun kelor. Hasil penapisan fitokimia menunjukkan adanya senyawa alkaloid dan steroid/triterpenoid. Dari ekstrak n-heksana diisolasi dua isolat berwarna kuning. Isolat 1 diperoleh dari kromatografi cair vakum (KCV) dan isolat 2 dari kombinasi KCV dan kromatografi kolom. Berdasarkan spektra ultraviolet-sinar tampak dan inframerah diduga bahwa isolat 1 merupakan senyawa karotenoid yang mempunyai ikatan eter serta gugus karbonil dan alkil, sedangkan isolat 2 diduga turunan karotenoid yang gugus fungsinya belum dapat ditentukan.
Kandungan
Biji

Daun

    Tepung daun
Kadar Air (%)
Calori
Protein (g)
Lemak (g)
Carbohydrate (g)
Fiber (g)
Minerals (g)
Ca (mg)
Mg (mg)
P (mg)
K (mg)
Cu (mg)
Fe (mg)
S (mg)
Oxalic acid (mg)
Vitamin A - B carotene (mg)
Vitamin B -choline (mg)
Vitamin B1 -thiamin (mg)
Vitamin B2 -riboflavin (mg)
Vitamin B3 -nicotinic acid (mg)
Vitamin C -ascorbic acid (mg)
Vitamin E -tocopherol (mg)
Arginine (g/16g N)
Histidine (g/16g N)
Lysine (g/16g N)
Tryptophan (g/16g N)
Phenylanaline (g/16g N)
Methionine (g/16g N)
Threonine (g/16g N)
Leucine (g/16g N)
Isoleucine (g/16g N)
Valine (g/16g N)

86.9
26
2.5
0.1
3.7
4.8
2.0
30
24
110
259
3.1
5.3
137
10
0.11
423
0.05
0.07
0.2
120
-
3.6
1.1
1.5
0.8
4.3
1.4
3.9
6.5
4.4
5.4


75.0
92
6.7
1.7
13.4
0.9
2.3
440
24
70
259
1.1
7
137
101
6.8
423
0.21
0.05
0.8
220
-
6.0
2.1
4.3
1.9
6.4
2.0
4.9
9.3
6.3
7.1

7.5
205
27.1
2.3
38.2
19.2
-
2,003
368
204
1,324
0.57
28.2
870
1.6%
16.3
-
2.64
20.5
8.2
17.3
113
1.33%
0.61%
1.32%
0.43%
1.39%
0.35%
1.19%
1.95%
0.83%
1.06%


Tanaman kelor mengandung gizi yang tinggi dan sangat bermanfaat untuk perbaikan gizi. Terbukti bahwa kelor telah berhasil mencegah wabah kekurangan gizi di beberapa negara di Afrika dan menyelamatkan banyak nyawa anak-anak dan ibu-ibu hamil.  Dilihat dari nilai gizinya kelor adalah tanaman berkhasiat sejati (miracle tree), artinya tanaman ini bisa dimanfaatkan dari akar, batang, buah dan daun serta mengandung gizi tinggi. Kandungan gizi daun kelor segar (lalapan),  setara dengan; 4x vitamin A yang dikandung wortel,  7x vitamin C yang terkandung pada jeruk, 4x mineral Calsium dari susu, 3x mineral Potassium pada pisang, 3/4x zat besi pada bayam, dan 2x protein dariyogurt. Sedangkan kandungan gizi daun kelor yang dikeringkan setara dengan; 10x vitamin A yang dikandung wortel,  1/2x vitamin C yang terkandung pada jeruk, 17x mineral Calsium dari susu, 15x mineral Potassium pada pisang, 25x zat besi pada bayam, dan 9x protein dari yogurt.
Manfaat dan Kegunaan
Di India kelor berkhasiat sebagai obat; anemia, anxiety, asma, bronchitis, katarak, kolera, conjunctivitis, batuk, diarrhea, infeksi mata dan telinga, demam, gangguan kelenjar, sakit kepala, tekanan darah tidak normal, radang sendi, gangguan pernafasan, scurvy,kekurangan cairan sperma dan tuberculosis. Di beberapa negara, tanaman kelor diolah dalam bentuk makanan seperti; tepung daun kelor,  bubur, sirup, teh daun kelor, sauce kelor, biskuit kelor dan lainnya. Sementara itu di Indonesia sedikit sekali orang yang memanfaatkan tanaman kelor ini sebagai makanan. Selain itukelor juga berguna sebagai obat diantaranya:
1. Mengobati Beri-Beri dan Oedem
Akar kelor, akar pepaya ditambah kulit lawang atau cengkeh, digiling, ditambah air, peras, saring kemudian minum.
2. Mengobati Herpes dan Luka Bernanah
Daun kelor ditumbuk dengan kapur, kemudian balurkan.
3. Mengobati Sariawan 
Akar kelor direbus, saring dan minum airnya.
4. Mengobati Rematik, Nyeri dan Pegal Linu
Akar kelor direbus,, saring, minum airnya. Atau 2-3 gagang daun kelor dan 1/2 sendok makan kapur sirih ditumbuk halus dan balurkan ketempat yang sakit.
5. Mengobati Epilepsi
Akar kelor direbus, saring kemudian minum airnya.
6. Mengobati Susah Buang Air Kecil
Akar kelor ditambah daun, direbus, saring dan minum airnya.
7. Mengobati Sakit Kuning
Daun kelor 3-7 tangkai, 1 sendok makan madu dan 1 gelas air kelapa hijau. Daun kelor ditumbuk halus, diberi 1 gelas air kelapa dan disaring. Kemudian ditambah 1 sendok makan madu dan diaduk sampai merata, minum secara rutin sampai sembuh.
8. Mengobati Rabun Ayam
Tiga tangkai daun kelor ditumbuk halus, seduh dengan 1 cangkir air masak dan disaring, campurkan dengan madu dan aduk sampai merata, minum sebelum tidur.
9. Mengobati Alergi dan Biduren
Daun kelor 3 gagang, bawang merah 1 siung dan adas pulasari, direbus dengan 3 gelas air mendidih hingga tinggal 2 gelas, kemudian disaring. Minum sehari 2 kali pagi dan sore.

10. Sakit Mata
Yaitu dengan menggunakan 3 gagang daun kelor kemudian ditumbuk halus, diberi 1 gelas air dan diaduk sampai merata. Didiamkan sejenak sampai ampasnya mengendap.Cara menggunakan air ramuan tersebut digunakan sebagai obat tetes mata.
12. Cacingan
Dengan 3 gagang daun kelor, 1 gagang daun cabai, 1-2 batang  meniran kemudian semua bahan tersebut direbus dengan 2 gelas air sampai mendidih hingga tinggal 1 gelas, kemudian disaring dan diminum.
Manfaat biji kelor juga sudah mulai dikembangkan melalui Program UNDP, yaitu sebagai bahan pengendap/koagulator untuk menjernihkan air secara cepat, murah dan aman, seperti di ITB. Yaitu dengan nilai pH yang berbeda, maka antara 100-150 mg bubuk/serbuk/liter air, memberikan hasil turbiditas tinggi pada air (800-10.000 FTU), kalau dibandingkan dengan koagulan umum seperti Al2(SO4)3 yang baru efektif pada pH 7 saja.
Juga kandungan senyawa yang terdapat pada serbuk biji kelor memiliki sifat antimikroba, khususnya terhadap bakteri. Sehingga kalaupun di dalam air terdapat bakteri Coli (salah satu yang disyaratkan tidak terdapat di dalam air minum), akan tereduksi atau mati. Serta, menurut perhitungan yang sudah diuji coba oleh tim ahli dari UNDP, maka kebutuhan biji kelor untuk pengolahan air minum di kawasan pantai atau rawa, cukup 2-3 pohon dewasa selama setahun dengan keluarga sebanyak 6-8 orang, dengan perhitungan kebutuhan air sekitar 20 l/hari/ jiwa.

Sumber :






Minggu, 18 Desember 2011

Jurnal Belajar Refleksi kelompok 5 dan 6

Kelompok 5 ( Tanah)

Kelompok 5 yang beranggotakan Neni Lusiana, Ayun, dan Ilham mempresentasikan hasil diskusinya dengan baik menurut saya... Cara penyampaiannya cukup mudah dimengerti... Mereka menjelaskan bahwa Struktur tanah itu terdiri atas granular, gumpal, prisma, tiang, lempeng dan remah...Mereka mengatakan bahwa lapisan teratas yaitu lapisan granular... Mereka juga menampilkan gambar yang mendukung sehingga saya mengerti..
Maz ilham mengatakan bahwa akar dapat menembus tanah hanya sampai batasan lapisan B karena samakin ke bawah,, unsur2 hara tanaman yang dibutuhkan oleh pertumbuhan suatu tanaman semakin sedikit...
Sedangkan penembusan air pada tanah tergantung dari struktur tanah tersebut...
Sebenarnya saya ingin bertanya kepada kelompok ini,,tetapi tidak diberi kesempatan... Saya ingin menanyakan pada mbak neni,,, mengapa semakin kecil pori2 tanah,,maka air tidak bisa diserap oleh tanah...
 



Kelompok 6 ( Populasi)
Saya kurang begitu paham dengan penyampaian materi kelompok 6... karena menurut saya cara penyampaiannya susah dimengerti sebab terlalu membaca teks...( maaf kalo saya terlalu banyak comentar)...
Mbak Dista bertanya pada kelompok 6 tentang faktor yang mempengaruhi  pola grafik eksponensial dan sigmoid? kemudian fitri menjawab bahwa bahwa grafik eksponensial mengalami pertumbuhan populasi yang terus meningkat terjadi karena antara ketersediaan nutrient dan pemakan tidak seimbang...

Rabu, 07 Desember 2011

refleksi kelompok 4

Pada diskusi kelompok 4 yang membahas tentang atmosfer sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi ekologi tumbuhan berjalan agak sedikit tidak mengenakkan karena peserta diskusi terlalu ramai bermain2 sendiri. Ada yang berbicara sendiri, ada yang tertawa2 dengan dosennya karena membicarakan hal lucu... sangat tidak efektif... kasihan para pemateri jika yang di ungkapkan tidak mendapat respon baik dari pesertanya..
Dari hasil diskusi kelompok 4 ini,, ada beberapa pertanyaan dari peserta diskusi terkait materi inisalah satunya yaitu Pertanyaan dari saudara syamsul mengapa hujan tidak terjadi setiap saat??
Pada waktu itu,, awalnya pemateri tidak menjawap dengan tepat tetapi saudara ilham menambahkan bahwa itu disebabkan karena adanya angin muson timur dan angin muson barat yang mengakibatkan awan yang mengandung titik2 hujan berpindah tempat sehinggan dalam daerah itu tidak selalu mengalami hujan setiap hari/ setiap saat.
Kelompok ini menampilkan vidio terkait dengan materi sangat bagus dan membuat peserta diskusi kembali antusias dalam proses diskusi.
Untuk kelompok yang akan presentasi minggu depan yaitu kelompok 5 dan 6. Saya berharap mereka memberi kejutan dengan model presentasi yang lebih unik dan asik.. tentunya tidak sekedar unik dan asik saja, tetapi sistem diskusi yang mampu membuat peserta diskusi lebih paham dan antusias dalam mengikuri diskusi tersebut. Amin...

Selasa, 29 November 2011

hasil refleksi kelompok 1 dan 2

By: Veni Puspita Dewi


KONSEP EKOLOGI {kelompok 1}
Dari hasil diskusi kelompok satu, beranggotakan 4 orang yaitu hendi desniko, reza syaifullah, nani kusmiati dan luberti indri yaitu membahas tentang konsep dalam ekologi tumbuhan yang memiliki tujuan seperti yang dijelaskan dalam Q.S Al Khafi:45 yaitu agar kita semua dapat memanfaatkan segala sesuatu yang ada di bumi. 
Dalam ilmu ekologi ada 2 macam pendekatan yaitu pendekatan autekologi dan pendekatan sinekologi. Dalam pendekatan autekologi yang dipelajari yaitu tentang bagaimana tingkah laku, adaptasi maupun cara hidup suatu indifidu. Sedangkan pendekatan sinekologi lebih mempelajari sekelompok organism terhadap lingkungan disekitarnya.
Selain itu, dijelaskan pula berbagai aspek terapan ekologi yaitu dalam aspek terapan di bidang pertanian, bidang kehutanan, bidang perkotaan dan bidang perairan. 
Tetapi,, dalam hasil diskusi ini saya belum begitu paham dengan penjelasan dari saudari Indri tentang perbedaan antara ruang terbuka hijau dan hutan kota.Tetapi secara keseluruhan diskusi kelompok ini cukup jelas dan memuaskan. Harapan saya untuk kelompok lain yang akan mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya akan lebih baik dari kelompok2 sebelumnya.
TUMBUHAN DALAM LINGKUNGAN {kelompok 2}
Pada diskusi kelompok 2 yang beranggotakan Mbak susan aminah dan setia novit, berjalan dengan lancar dan menyenangkan karena salah satu anggota mereka membuat kami peserta diskusi antusias dalam diskusi ini.. Saudari susantika menyampaikan materi dengan rileks dan penuh canda, sebab ia mengatakan bahwa tumbuhan juga bisa stres seperti manusia. Dan lucunya lagi pada saat mereka memberikan kuis, salah satu kuisnya yaitu diharapkan peserta diskusi menyebutkan artis2 yang menyampaikan materi tadi. sangat unik dan model presentasi seperti itu patut ditiru agar tidak menciptakan presentasi yang menjenuhkan.
Dari hasil diskusi ini saya jadi mengerti dengan apa yang dimaksud dengan Nische atau nisia merupakan cara hidup, peran maupun fungsi hidup suatu tumbuhan atau individu dalam suatu lingkungan atau habitat. Nische menjelaskan tentang peran suatu individu dalam lingkungannya yang dapat menguntungkan maupun merugikan suatu individu lain. Misalnya pohon mangga yang tumbuh disuatu tempat dapat menjadi habitat bagi seekor tupai ataupun tempat tumbuh tanaman lain seperti benalu.
Semoga presentasi minggu depan lebih menyenangkan dari presentasi kali ini..
 


Sabtu, 26 November 2011

Tepak Sirih, Sebuah Tanda Persahabatan

Tepak Sirih, Sebuah Tanda Persahabatan
Oleh Andreas Maryoto dan Andy Riza Hidayat
Daun sirih bukan hanya selembar daun. Daun sirih memiliki makna di dalam hampir semua tradisi dan ritual suku-suku dari Sabang sampai Merauke. Di Tanah Melayu, daun sirih menjadi tanda silaturahim dan persahabatan. Bila suatu saat Anda berada di sebuah acara kemudian ditawari makan sirih, makanlah!
Lima penari itu berbaris rapi. Ketika penyanyi dan pakpong”pemusik khas Melayu dengan akordeon, biola, dan dua gendang—mengalunkan lagu berjudul Makan Sirih, kelimanya melenggang seraya mengayunkan tangan dengan gemulai. Gerak tangan melambai dan kaki yang berjinjit dilakukan berkali-kali.
Penari yang umumnya berpakaian kebaya panjang berwarna kuning dan selendang hijau—warna khas Melayu bergerak ke depan dan ke belakang. Terkadang mereka bergerak melingkar.
Satu di antara mereka yang berada di tengah membawa tepak sirih, sebuah kotak yang berisi perlengkapan makan sirih yang biasanya terdiri atas sirih, kapur, gambir, dan pinang. Ia terus melenggak-lenggok sambil mengangkat tepak sirih tepat di depan dadanya.
Menjelang tari persembahan itu berakhir, ia maju ke depan meninggalkan empat penari lainnya dan membuka tepak sirih itu sambil menawarkan sirih kepada para tetamu yang hadir dalam pembukaan sebuah acara di Medan. Beberapa tamu mengambil sirih dan memakannya.
Dasar dari tari persembahan ini adalah tradisi tepak sirih di Tanah Melayu,kata Dilinar Adlin, penari sekaligus pengajar tari di Lembaga Pendidikan Seni Semenda. Berbicara Tanah Melayu di Sumatera Utara, maka ini meliputi sejumlah Kesultanan Melayu, seperti Kesultanan Langkat yang berjarak 80 kilometer dari Medan hingga Kesultanan Asahan yang berjarak 150 kilometer dari Medan.
Dilinar menambahkan, meski demikian, tari persembahan tak setua tradisi makan sirih itu sendiri. Tari persembahan itu merupakan kreasi dari rakyat (yang kemudian diadopsi kesultanan) dengan tujuan memperindah tradisi tepak sirih saat menerima tamu, meminang pengantin, dan lain-lain.
Tak eloklah kalau mengantar sirih hanya sekadar diberikan begitu saja. Tari persembahan menjadikan pengantaran sirih lebih indah,kata Delinar menceritakan kisah para tetua yang mendasari kreasi tari persembahan itu.
Sejarah tari persembahan itu sendiri sulit dilacak. Delinar yang lahir tahun 1965 hanya mengisahkan kalau, sejak ia kecil, tari itu sudah ada. Sebaliknya, tradisi makan sirih malah memiliki jejak.
Pendiri Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu, Mahyudin Al Mudra, mengatakan, dalam teks-teks Melayu lama dikisahkan pasukan kavaleri ketika hendak berperang menggunakan diplomasi makan sirih terlebih dulu dibandingkan dengan menggunakan kekuatan senjata. Mereka akan membawa tepak sirih yang berisi sirih dan berbagai bumbunya.
Anggota pasukan akan turun dari kapal dan membawa tepak sirih ke pihak yang hendak ditaklukkan. Sementara panglima perang hanya menunggu di kapal. Dalam hal ini tepak sirih sebagai simbol persahabatan. Apabila tepak sirih diterima, berarti mereka menerima tawaran persahabatan, bukan perang. Peralatan perang tidak dikeluarkan alias tetap tersimpan. Kalau tepak sirih tidak diterima, berarti mereka menolak persahabatan, untuk itu peralatan perang diturunkan, paparnya.
Peralatan tepak sirih itu sendiri hingga sekarang masih bisa ditemukan di toko-toko barang antik, seperti di Kawasan Kesawan, Kota Medan. Beraneka jenis alat tepak sirih terbuat dari logam, kayu, bambu, maupun daun pandan. Tepak sirih juga memiliki desain dan bentuk yang beragam, mulai dari bundar hingga kotak. Di dalam dinding tepak sirih terdapat ornamen yang umumnya berupa tanaman.
Hingga kini, di kalangan orang Melayu, tradisi makan sirih masih ada. Tradisi makan sirih melibatkan semua kalangan, mulai dari rakyat biasa hingga bangsawan. Kegunaan makan sirih ada dua, yaitu dalam kehidupan sehari-hari sebagai makanan ringan dan dalam pertemuan dengan orang lain sebagai ungkapan selamat datang kepada tamu.
Apabila suatu saat Anda hadir dalam sebuah acara di Tanah Melayu kemudian ditawari sirih, sebaiknya Anda memakannya. Ketika Anda mau memakan sirih, hal itu penjadi pertanda bahwa Anda mau menerima kebaikan mereka. Hal ini juga menjadi deklarasi bahwa antara tuan rumah dan tamu atau pendatang dan penduduk setempat bersahabat dan bersaudara.
Dulu, kalau ada tamu datang dan tidak mau memakan sirih, ketua adat akan sangat marah. Kalau sekarang mungkin pemberi sirih tidak marah, tetapi akan menutup diri. Bila tuan rumah menutup diri, sudah pasti akan merepotkan pendatang, kata Mahyudin.
Mengenai hal itu, Kepala Adat Kesultanan Negeri Serdang Tengku Luckman Sinar membenarkan bahwa makan sirih menjadi pembuka komunikasi atau silaturahim di antara warga. Sirih membawa pesan persahabatan kepada sesama.
Tanda persahabatan khas Melayu itu kemudian digunakan sejumlah penulis di dalam pengantar sebuah buku. Mereka kerap menyebut sekapur sirih seulas pinang di awal kata-kata yang hendak ditulis di dalam buku itu.
Penggunaan ungkapan itu menjadi tanda bagi pembukaan komunikasi antara penulis dan pembaca. Sirih, tepak sirih, sekapur sirih, dan makan sirih menjadi tanda persahabatan dari Tanah Melayu.

http://www.wisatamelayu.com/id/opinion/241-Tepak-Sirih-Sebuah-Tanda-Persahabatan